Kedelapan yang Pertama



Makassar International Writers Festival adalah festival sastra internasional pertama dan satu-satunya di Indonesia Timur. Festival yang diselenggarakan oleh Rumata' Artspace sebagai program tahunannya kali ini mengangkat tema Voice/Noise yang menggemakan suara-suara kritis dari masyarakat sipil di tengah tahun gadu politik.

MIWF adalah salah satu kegiatan yang selalu saya tunggu tiap tahun. Selain tempat bertemunya para penulis dari seluruh dunia, miwf menjadi tempat saya berkenalan dan berdiskusi dengan para pecinta literasi, tempat membaca buku yang asyik, kesempatan berburu buku murah sekaligus tempat yang membuatku merasa bodoh karena ternyata hanya mengetahui sedikit dari banyaknya ilmu yang ada di buku.
 
Hari ini, tepat sebulan kegiatan ini dilaksanakan
Tahun 2018 merupakan tahun kedelapannya.
"Kedelapan yang pertama" bagi saya bergabung menjadi volunteer  setelah tahun-tahun yang lalu setia menjadi pengunjung festival

Ya, kali ini berbeda dari biasanya.


Menjadi salah satu volunteer  pada divisi creative content  adalah sebuah kegembiraan tersendiri bagi saya. Punya banyak cerita yang pantas dikemas lagi dalam sepenggal kisah. 

Divisi ini menjadi pejuang festival yang mulai bekerja bahkan sebelum kegiatan dimulai dan masih bekerja setelah kegiatan selesai.
Baru akan bersiap tidur menjelang pagi lalu bangun sebelum sebagian orang terbangun dari mimpinya, berkemas lagi dan memulai hari baru dengan sejumlah persiapan. (hal ini mengajarkan untuk berbuat/bekerja lebih banyak dari biasanya)

Menjelang pagi, bersiap menjemput mimpi ber-alaskan beanbag beratapkan langit subuh yang begitu indah. Langit bertabur gemintang membawa angan pada suatu mimpi tentang aksara  jiwa. Semesta seakan mengerti tentang bagaimana bahagianya jiwa memandang cakrawala pagi buta dari tengah semesta Fort Rotterdam awal purnama Mei.  
Lalu tersemat sebuah harapan, petang nanti mimpi itu akan ku kirimkan lewat Jasa Pengiriman Mimpi yang pembuatannya penuh liku perjuangan. Pukul 16.00 Wita program JPM running. Tahukah kau, mimpi itu tak tersampaikan.
Tapi tak apa. Aku tak ingin tukang gojeknya kebingungan bagaimana sampai pada tujuan pengiriman mimpi itu. Haruskah ia menunggu sampai subuh datang lagi? Lalu menyampaikannya pada semesta pagi?

Betapa beruntungnya bertemu dengan para penulis dan pegiat literasi. Penulis Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie misalnya, yang telah saya nanti-nantikan sejak lama datang ke Makassar. Penulis Fiersa Besari yang punya banyak fans sehingga butuh body guard tangguh di setiap sesi programnya. Beruntungnya, jika penggermar lainnya hanya mendapat ttd untuk buku Arah Langkah, saya mendapat ttd pada buku lainnya. Terima kasiiihhh untuk itu. Atau Ayu Utami yang ternyata sangat dikagumi oleh seorang teman dan berhasil membujukku untuk membeli salah satu bukunya "Menulis dan Berpikir Kreatif". Buku itu, benar-benar bagus.

Mengenal teman baru, tempat bertukar cerita tentang buku, penulis, film dan hal-hal lain bahkan yang tidak penting sama sekali. Berujung dilabeli nama Trio kwekkwek hahaha padahal sebelumnya kami telah punya nama : trio kurus 😁
Ada banyak sekali hal menarik dan membahagiakan yang kadang-kadang membuat cemas tetapi begitu bermakna.
Pada akhir acara, foto tim creative yang kau temukan hanya diwakili tas masing-masing. Muka? Jangan pernah kau cari. Kalaupun ada kau akan menemukan foto orang yang lagi ta’ ronang-ronang. Kata terakhir adalah istilah yang kerap dipakai teman-teman divisi kreatif miwf 2018. Artinya, sila cari sendiri.
Namun foto kadang-kadang tidaklah terlalu penting jika yang utama bagimu adalah bagaimana orang lain tersenyum bahagia dalam setiap hasil jepretan dengan background hasil karyamu. Atau tentang kenyamanan setiap pengunjung festival dan cerita-cerita indah yang mereka bawa pulang tentang miwf 2018.

Menurutku, miwf adalah kegiatan yang harus terus ada dan bertumbuh. Semoga ke depan semakin lebih baik lagi. Semoga pula kegiatan positif ini menjadi sebuah jembatan terbukanya banyak lagi kegiatan literasi lainnya melebihi segala kegaduhan politik dan hiruk-pikuk kota ini.

Lebih dari segala pengalaman yang kudapatkan, terima kasih telah memberiku kesempatan bisa bergabung dalam kegiatan literasi ini. Maaf jika tak membantu banyak, maaf pula atas banyak kesalahan dan kelalaian.

Terima kasih tak terhingga pada kakak Koordinator paling strong juga teman-teman divisi kreatif yang sungguh kreatif.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

RuBI Toraja: Guru Aktif, Kolaboratif dan Kreatif

Keluh kesah