Menulis untuk Perdamaian

Dalam satu putaran waktu
Kutemui banyak keluh kesah, amarah, ratap tangis kesedihan
Ada banyak kata yang terucap sia-sia
Meninggalkan luka tak berujung pada sudut hati

Semuanya menjadi makanan lezat yang terus kita nikmati tanpa sadar dan bertahan dalam kukusan perselisihan

Hanya karena kata "beda"
Ahh sayang sekali..

Hei kawan, kukatakan kepadamu
Hidup ini seperti membaca sebuah buku
Bukan tentang seberapa cepat kamu menyelesaikannya
Tapi seberapa mengerti kamu di setiap lembarnya

Bukankah kita harus terus belajar berbenah diri?
Melangkah, tinggalkan jejak-jejak kebaikan
Menyalakan suar dalam gelap
Dimulai dari satu aksara damai

Besok, temui aku di penghujung putaran waktu
Mari hadir di sana, kita merajut harmoni yang Berbhinneka Tunggal Ika

Komentar

Postingan populer dari blog ini

RuBI Toraja: Guru Aktif, Kolaboratif dan Kreatif

Kedelapan yang Pertama

Keluh kesah