#Menulisuntukperdamaian

Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka disebut anak-anak Allah (Matius 5:9)

Desember 2018, sebuah kabar baik yang tak pernah saya pikirkan hadir lewat jabat tangan seorang teman. Bahkan sampai pada tahap pelatihan hari pertama pun saya hanya ikut arus. Ya hanya sekadar menjalaninya saja.

Tapi saya percaya, Tuhan selalu baik. dan ini adalah jalan dan arahan-Nya.

Dalam prosesnya, saya belajar banyak.
Merinding ketika menyadari ada orang-orang yang berjuang selama ini secara sukarela untuk hal yang sangat mulia, Perdamaian.

Di sini, bersama 13 (tiga belas) teman lainnya yang lolos sebagai volunteer, kami dibekali ilmu soal apa sih misi KITA, bagaimana memahami perdamaian, bagaimana caranya menjadi agen perdamaian agar segala ilmu yang kami peroleh tidak hanya sampai pada diri sendiri tetapi bisa berdampak pada lingkungan di mana kami berada dan menyebar ke masyarakat luas 

Peace Leadership Class (PLC) Akademi KITA, sebuah kelas pengembangan diri yang dilakukan secara rutin sekali seminggu selama enam bulan, benar-benar menyentuh relung jiwa ini.
Lewat PLC saya lebih memahami bagaimana menghadapi konflik, permasalahan hidup atau bahkan hal reme yang kadang-kadang menimbulkan konflik berkepanjangan dalam pergaulan
Banyak hasil pembelajaran yang kemudian menjadi bahan diskusi dengan teman-teman Gereja, komunitas bahkan sampai kepada keluarga saya sendiri. Hasilnya apa? Membahagiakan.

Suatu waktu, mendapat pertanyaan seperti ini:
"Kenapa masih bertahan sampai hari ini?
"Kenapa dulu selalu ikut kelas PLC?" (semoga yang  tanya tidak bosan melihat saya yang selalu ada tiap pertemuan)

Jawabannya sesederhana sebuah kutipan berikut:
Berjuanglah di medan yang kita kuasai, di ilmu yang kita pahami, di tempat yang menentramkan hati, di hal yang kita merasa Tuhan memudahkan jalan kita untuk beribadah kepada-Nya _Bertumbuh

Saya mau belajar untuk paling tidak sedikit menguasai dan memahami perdamaian yang jika saya bagikan bahkan hanya dalam bentuk diskusi dengan teman-teman, melahirkan ketentraman hati orang-orang yang ikut diskusi itu. Apalagi jika damai itu kemudian dibagikan kepada siapapun yang saya temui tiap hari.
Lalu saya merasa bahwa jalan ini memang adalah jalan-jalan Tuhan untuk saya semakin dekat dan beribadah kepada-Nya.

Seiring berjalannya waktu, kemudian terlibat dalam kegiatan Bincang Damai, Training for Peace Educator, Sekolah Anak Bangsa dan lainnya. Hal ini menguatkan pandangan saya akan jalan untuk senantiasa hadir lewat perdamaian dan semakin saling menghargai orang lain.

Saya sungguh percaya bahwa damai selalu ada dalam tiap-tiap orang sekeras atau sejahat apapun orang itu, akan selalu ada setitik damai dalam hatinya. Tinggal bagaimana kita-kita ini hadir untuk membawanya penuh damai

Terima kasih kepada Yayasan KITA Bhinneka Tunggal Ika atas setiap kesempatan yang diberikan untuk belajar dan berjalan beriringan. Semangat terus menebar damai

Tak boleh sekadar membawa nama, tapi lebih dari pada itu hatilah yang utama.
Ketika hati bekerja, maka yang terlahir adalah ketulusan berbagi kebaikan kepada siapapun

Salam damai bagi kita :)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

RuBI Toraja: Guru Aktif, Kolaboratif dan Kreatif

Kedelapan yang Pertama

Keluh kesah